Interpretasi Darah Lengkap (Bagian I)

No Comments

Penilaian dasar komponen sel darah (Hematologi Rutin / Complete Blood Count) yang dilakukan dengan menentukan jumlah sel darah dan trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan hemoglobin (Hb). Manfaat pemeriksaan untuk mengevaluasi anemia, leukemia, reaksi inflamasi dan infeksi, karakteristik sel darah perifer, tingkat hidrasi dan dehidrasi, polisitemia, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan menentukan perlu atau tidaknya kemoterapi.


Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 jenis pemeriksaan; yaitu
1. Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)
2. MCV/ MCH / MCHC
3. Hematokrit (Ht)
4. Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis (differential count)
5. Hitung trombosit / platelet count
6. Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)
7. Hitung eritrosit

Hemoglobin (Hb)
Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil 10-15 gram/dL. Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL, neonatus 14-27 gram/dL
  • Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin,primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
  • Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.

MCV/MCH/MCHC
Nilai eritrosis Rata-rata (Mean corpuscular values) atau disebut juga Indeks eritrosit/ sel darah merah merupakan bagian dari pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap (Complete blood count) yang memberikan keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin (Hb) per eritrosit. Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit eritrosit/ sel darah merah).

Indeks/ nilai yang biasanya dipakai antara lain :
  1. Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume Eritrosit Ratarata (VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit disebut dengan fermatoliter/ rata-rata ukuran eritrosit.
  2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) = Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram
  3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) = Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gram hemoglobin per dL eritrosit”)
Nilai normal :
  • MCV: 82-92 femtoliter
  • MCH: 27-31 picograms / sel
  • MCHC: 32-37 gram / desiliter

TUJUAN PENETAPAN NILAI ERITROSIT RATA-RATA
Eritrosit/ sel darah merah berfungsi sebagai tranportasi hemoglobin dengan kata lain juga mentranportasikan oksigen (O2), maka jumlah oksigen (O2) yang diterima oleh jaringan bergantung kepada jumlah dan fungsi dari eritrosit/ sel darah merah dan hemoglobin-nya. 

Nilai MCV mencerminkan ukuran eritrosit, sedangkan MCH dan MCHC mencerminkan isi hemoglobin eritrosit. Penetapan Indeks/ nilai rata-rata eritrosit ini digunakan untuk mendiagnosis jenis anemia yang nantinya dapat dihungkan dengan penyebab anemia tersebut. Anemia didefinisikan berdasarkan ukuran sel (MCV) dan jumlah Hb per eritrosit (MCH) :
  • Anemia mikrositik : nilai MCV kecil dari batas bawah normal
  • Anemia normositik : nilai MCV dalam batas normal
  • Anemia makrositik : nilai MCV besar dari batas atas normal
  • Anemia hipokrom : nilai MCH kecil dari batas bawah normal
  • Anemia normokrom : nilai MCH dalam batas normal
  • Anemia hiperkrom : nilai MCH besar dari batas atas normal

INTERPRETASI HASIL ABNORMAL
Tujuan akhir dari penetapan nilai-nilai ini adalah untuk mendiagnosis penyebab anemia. Berikut ini adalah jenis anemia dan penyebabnya:
  • Normositik normokrom, anemia disebabkan oleh hilangnya darah tiba-tiba, katup jantung buatan, sepsis, tumor, penyakit jangka panjang atau anemia aplastik.
  • Mikrositik hipokrom, anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi, keracunan timbal, atau talasemia.
  • Mikrositik normokrom, anemia disebabkan oleh kekurangan hormon eritropoietin dari gagal ginjal.
  • Makrositik normokrom, anemia disebabkan oleh kemoterapi, kekurangan folat, atau vitamin B-12 defisiensi.
Pemeriksaan di atas biasanya sudah tercantum dalam pemeriksaan darah rutin. Nilai MCV dan MCH dapat memberi arahan mengenai kemungkinan penyebab anemia. Misalnya saja, anemia akibat kekurangan zat besi, kadar MCV dan MCHnya rendah. Sedangkan anemia akibat kekurangan asam folat atau B12 akan menunjukkan kadar MCV dan MCH tinggi. Anemia akibat perdarahan yang berlangsung cepat menunjukkan MCV dan MCH yang normal. Jika kadar hemoglobin rendah dan diikuti dengan kadar MCV dan MCH rendah, maka pemeriksaan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah gambaran darah tepi, retikulosit, serum iron, serta serum ferritin.

Gambaran Darah Tepi
Dalam pemeriksaan ini, setetes darah diletakkan pada kaca dan diperiksa di bawah mikroskop. Hasil yang didapat tidak lagi berupa angka, namun berupa laporan sel apa sajakah yang terlihat, apakah jumlahnya terkesan normal atau berkurang, dan bagaimana bentuk sel-sel tersebut.

Pemeriksaan ini sangat penting untuk melihat apakah ada sel-sel darah muda, yang seharusnya masih berada di sumsum tulang. Sel-sel muda tersebut menandakan keganasan darah atau yang kita kenal sebagai leukimia. Atau apakah terdapat sel-sel abnormal yang menggambarkan penyebab anemia Anda. Kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12 dapat pula terlihat dari pemeriksaan sederhana ini.

Retikulosit
Retikulosit merupakan sel darah yang baru saja dikeluarkan oleh sumsum tulang ke peredaran darah. Jumlah normal retikulosit hanya sedikit dalam peredaran darah. Jumlahnya bisa meningkat saat tubuh mengalami perdarahan atau bila sel darah kita mengalami penghancuran secara cepat (hemolisis). Retikulosit adalah sel darah merah muda (precursor sel darah merah) yang terdapat pada sumsum tulang dan sebagian kecil dapat masuk ke sirkulasi darah perifer, masih mengandung inti dan serat reticulum (residual RNA).
Tujuan pemeriksaan Retikulosit :
  • Untuk mengetahui apakah penyebab anemia dengan tujuan evaluasi fungsi sumsum tulang
  • Untuk mengevaluasi pengobatan anemia. 
Indikasi pemeriksaan Retikulosit:
  • Anemia yang tidak diketahui penyebab maupun data darah tepi lengkap sebelumnya, retikulosit dapat menentukan keadaan system eritropoietik pada sumsum tulang
  • Penurunan kadar Hb > 1.5 g/dl tanpa diketahui penyebabnya
  • Untuk membedakan anemia hiper-regeneratif atau hiporegeneratif
  • Neonatus dengan anemia
  • Monitor perkembangan bayi prematur
  • Tersangka anemia hemolitik
  • Monitor keadaan mielosupresi sumsum tulang
  • Monitor pengobatan obat hematinik pada anemia
Perhitungan Retikulosit :
- Nilai Normal Retikulosit :0.5 – 1.5%
- Hitung Retikulosit (%) :
1. [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100
2. Dilakukan dengan perwarnaan methylene blue atau brilliant cresyl blue
3. Hitung retikulosit meningkat menandakan eritropoiesis yang aktif.
Penyebab Retikulositopenia :
  • Tidak adanya / destruksi sel precursor hematopoietic (misalnya Anemia Aplastik)
  • Tidak adanya precursor eritropoietik ( misalnya pure red cell aplasia)
  • Anemia defisiensi besi
  • Anemia pernisiosa atau defisiensi asam folat
  • Transient erythroblastopenia pada neonates.
  • Terapi radiasi
  • Kegagalan sumsum tulang karena keganasan atau infeksi 

Penyebab Retikulositosis :
  • Anemia hemolitik
  • Perdarahan
  • Respon terhadap pengobatan (pemberian zat besi, asam folat, eritropoietin)
  • Hemolytic disease of the newborn.
 Interpretasi Darah Lengkap bersambung ke SINI
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments

Post a Comment