Keloid

No Comments
Keloid adalah parut abnormal yang timbul sebagai akibat dari proses penyembuhan luka. Jaringan parut abnormal ini terbentuk terutama akibat dari sintesis dan degradasi kolagen yang tidak seimbang. Komponen pemicu pembentukan keloid lainnya adalah fibronektin dan glikosaminoglikan yang berlebihan.


Terbentuknya parut abnormal akibat proses penyembuhan luka hingga saat ini masih menjadi masalah yang pelik, mengingat tingginya insidensi dan beragamnya variasi respon terhadap terapi pada masing-masing orang. Di negara berkembang setiap tahunnya terdapat 100 juta penderita dengan keluhan parut. Sekitar 55 juta kasus parut terjadi akibat luka pembedahan elektif dan 25 juta kasus parut terjadi pada pembedahan kasus trauma.

Glikosiltransferase sebagai enzim yang berperan dalam pembentukan polisakarida yang menjadi dasar penggolongan darah sistem ABO, ternyata berhubungan dengan sintesis glikosaminoglikan. Sintesis glikosaminoglikan yang berlebih akan meningkatkan risiko munculnya keloid. Permasalahannya hubungan antara golongan darah dengan timbulnya keloid sampai saat ini masih belum jelas.

Keloid yang muncul sebagai manifestasi dari penyembuhan luka dapat mengganggu penampilan secara estetika dan menimbulkan gangguan psikologis pada penderitanya. Gangguan psikologis dan estetika akibat keloid lebih berat dibandingkan akibat jaringan parut yang lain, yaitu parut hipertrofik. Keloid mempunyai kecenderungan untuk terus membesar melewati batas tepi luka, sedangkan parut hipertrofik tidak. Dengan mengetahui hubungan antara golongan darah dengan timbulnya keloid diharapkan tindakan preventif dapat dilakukan sejak awal.

Enzim glikosiltransferase memiliki struktur yang berbeda-beda pada setiap manusia, bergantung dari gen yang dibawanya. Struktur enzim glikosiltransferase akan rnempengaruhi sintesis polisakarida dalam darah. Setiap golongan darah pada penggolongan sistem ABO memiliki potisakarida yang tidak sama. Polisakarida darah berhubungan dengan sintesis kondroitin sulfat yang mampu menginduksi sintesis glikosaminoglikan. Kadar glikosaminoglikan berhubungan dengan pembentukan keloid sehingga sintesis glikosaminoglikan yang berlebih akan meningkatkan risiko terbentuknya keloid.


Ciri-Ciri Dan Gejala Penyakit Keloid
1. Munculnya rasa gatal di permukaan kulitRasa gatal memang sangat wajar sekali kita alami, kita banyak menyangka bahwa gatal-gatal terjadi karena kulit merespon buruk terhadap lingkungan, akan tetapi jika gatal-gatal tersebut berlebihan, terutama pada bagian kulit sehabis terluka, maka Anda harus lebih waspada, karena gatal-gatal tersebut mungkin saja ciri dan gejala penyakit keloid. Gatal-gatal ini terjadi karena kolegan di bawah permukaan kulit sangat banyak, sehingga menyebabkan iritasi kulit, dari sinilah kulit merespon buruk terhadap zat semacam itu.

2. Kulit menjadi merah
Ciri dan gejala selanjutnya yang menunjukan bahwa itu penyakit keloid adalah munculnya warna merah pada kulit atau kulit menjadi merah, warna kulit menjadi merah terjadi karena bagian area bekas luka tersebut mengalami pertumbuhan jaringan abnormal, kulit menjadi merah ini muncul tanpa sebab, namun tanda dan gejala penyakit keloid yang satu ini hanya muncul pada mereka yang bertipe kulit putih dan sensitif, untuk kulit hitam, warna merah ini bahkan tidak nampak.

3. Rasa nyeri, perih dan sensasi terbakar

Setelah gatal-gatal dan memerah, jika gejala penyakit keloid tersebut dibarengi dengan rasa nyeri, perih dan sensasi terbakar, maka Anda harus waspada, mungkin itulah ciri penyakit keloid pada saat awal muncul, rasa nyeri ini terjadi karena bagian atau area kulit bekas luka mengalami peradangan yang sangat serius, selain itu rasa nyeri atau perih ini juga dapa disebabkan karena jaringan di permukaan kulit mengalami kematian, terutama bagi Anda yang mengalami luka bakar, maka rasa nyeri dan perih akan sangat terasa di kulit.

Walaupun berisiko, obat-obatan serta tindakan pengobatan untuk penghilangan keloid masih tersedia. Beberapa metode pengobatan keloid yang paling umum adalah :
1. Pembekuan atau cyrotherapy
Cyrotherapy menggunakan nitrogen cair untuk memicu kerusakan sel. Efek samping dari terapi ini adalah hilangnya zat warna kulit (depigmentasi) dan nyeri selama tindakan. Risiko keloid tumbuh kembali adalah 61-74%.

2. Perawatan laser
Penggunaan laser memiliki beberapa keuntungan karena laser bersifat tepat sasaran dan tidak menyebabkan peradangan berlebih. Terapi laser memiliki beberapa metode: lampu kilat dengan laser pulse-dyed, laser karbon dioksida, laser argon, dan laser Nd:YAG. Ketiga laser ini memiliki cara yang berbeda untuk menghilangkan keloid. Laser Nd:YAG menghentikan produksi kolagen, sedangkan laser karbon dioksida dan laser argon bekerja dengan mengecilkan kolagen dengan panas dari sinar laser. Sementara itu, laser pulse-dyed akan memicu terjadinya trombosis mikrovaskuler. Ketiga perawatan laser ini dapat menghilangkan keloid, namun ketiganya memiliki risiko keloid tumbuh kembali sebesar 90%.

3. Operasi pengangkatan keloid 
operasi pengangkatan keloid memiliki risiko kemungkinan keloid tumbuh kembali antara 45-100%. Dengan menggabungkan operasi dan pengobatan lain, seperti suntik kortikosteroid, suntik steroid, terapi sinar-X, dan radiasi dapat memberikan hasil yang lebih baik serta mengurangi risiko keloid tumbuh kembali.

4. Penggunaan gel atau patch silikon

5. Suntik kortikosteroid untuk mengurangi peradangan

6. Radiasi untuk mengecilkan keloid

 7. Penggunaan minyak pelembab untuk memperlunak jaringan

Seperti metode pengobatan lainnya, metode pengobatan yang disebutkan di atas dapat menyebabkan efek samping. Sebagai contoh, suntik kortikosteroid dapat menyebabkan penyusutan jaringan kulit (atrofi kulit), hipopigmentasi, telangiectasia, ulkus akibat kematian jaringan (necrosis ulceration), dan munculnya bercak putih di bekas luka. Efek samping tersebut dapat dicegah dengan memberikan dosis suntikan yang sesedikit mungkin.

Ada beberapa jenis obat-obatan yang juga dapat menghilangkan keloid. Beberapa obat yang dapat digunakan untuk keloid adalah:
  • Flurandrenolide tape (Cordran)Bleomycin
  • Tacrolimus
  • Methotrexate
  • Pentoxifylline (Trental)
  • Colchicine
Selamat Belajar~

Fadhila Al'izza
FK UMSU 2015
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments

Post a Comment